Senin, 29 Juli 2013

PNPM-MP MENEBAR ASA YANG TELAH REDUP


Best  Practise
Coretan : t. emras/FT Padang Bolak

Suasana alam yang begitu tenang dengan hutan yang masih perawan, suara  gemercik air di celah-celah bebatuan, hembusan angin yang kian membelai disertai tingkah ikan-ikan kecil yang terkadang menyambar ujung-ujung jemari kaki kami di sebuah  sungai kecil yang bermuara di hulu Sungai Batang Pane.

Irama alam tersebut begitu memukau dan menghanyutkan keletihan  serta  sungai kecil dan lumpur jalan tanah dari akses jalan Ibukota Kecamatan (Gunungtua) ke daerah pedesaan hulu Batang Pane yang merupakan daerah 23w desa dari 76 desa dan 1 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Propinsi Sumatera Utara.


Saat itu hari telah menjelang senja, “ Bagaimana Pak, apakah kita lanjutkan perjalanan ke desa Botung ?” tanya FT, karena di desa Botung sedang ada kegiatan PNPM-MP.  “ Kita istirahat saja dahulu di rumah saya malam ini, besok perjalanan kita lanjutkan” jawab Pak Parlindungan Harahap Gelar
Raja Bor-Bor (49 tahun) yang merupakan masih keturunan Raja  di daerah  Luat Napa Gadung Laut (daerah Hulu Batang Pane). “Cukup berat medannya, ya pak ?” cetus FK.      Dan sambil mengerutkan keningnya  Pak  Parlindungan berdesah : “ Dahulu, sebelum PNPM-MP masuk ke daerah Hulu Batang Pane, kami berjalan kaki selama 1 hari 1 malam untuk mendapatkan jalan akses ke Gunungtrua. Untuk mengangkut barang/bekal kami menggunakan tenaga kuda. Hasil pertanian dan  perkebunan  seperti padi, tembakau, nilam, karet dan kulit manis tidak ada harganya karena ongkos angkut lebih mahal dari pada harga jual. Pendek kata masa depan kami terasa sangat redup pada saat itu”.     “Apakah tidak ada bantuan bangunan dari pihak lain sebelum PNPM-MP, kenapa bisa demikian ?",  tanya FK.   


 
“ Kami sudah letih membuat usulan sejak dahulu, namun  suara kami seperti  tidak didengar. Mungkin karena perwakilan kami belum ada di Kabupaten. Itulah sebabnya desa-desa yang ada di daerah hulu Batang Pane sangat kompak bersaing daalam MAD-II Perankingan, karena sejak dibangun PNPM-MP berupa Pembukaan Jalan hingga ke desa-desa paling ujung/pelosok, Pembuatan Plat Beton, Jembatan, Rabat Beton dan Bendungan Irigasi, sekarang kami sudah dapat memiliki sepeda motor dan bahkan sudah ada yang memiliki kenderaan roda empat seperti Colt Disel, Hartop dan Taff untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan. Dengan kata lain dahulu asa (harapan) kami kian meredup, tetapi dengan masuknya PNPM-MP asa kami kembali  hidup menebar harapan “ jelas beliau dengan rasa haru.


Pernyataan Pak Parlindungan Harahap dibenarkan oleh Pak Harun Siregar (40 tahun) yang bertugas sebagai Sekretaris Desa Losung Batu (merupakan desa paling ujung dan berbatasan dengan daerah Sipirok Dolok Hole (Kabupaten Tapanuli Selatan).



“Bagaimana dengan rencana PNPM-MP yang khabarnya akan ditutup pada tahun 2015 ?” tanya  FT. Mereka semua terperangah heran sambil terucap :” Bah, padamlah lagi harapan kami “ sambil masing-masing mengambil langkah menuju ke surau untuk melaksanakan sholat maghrib, sedang di benak mereka penuh dengan tanda tanya “MENGAPA ???” sedangkan masyarakat pedesaan masih sangat mengharapkan kehadiran PNPM-MP. 




                                              Awal april 2013.

 









                                                                                                                                                   


                                                                                                                                                

1 komentar:

  1. kok bisa pnpm tidak dlanjutkan, ongkos pembangunan yang murah meriah cuma di pnpm lho

    BalasHapus