Best Practise
Coretan
: t. emras/FT Padang Bolak
Suasana
alam yang begitu tenang dengan hutan yang masih perawan, suara gemercik air di celah-celah bebatuan, hembusan
angin yang kian membelai disertai tingkah ikan-ikan kecil yang terkadang
menyambar ujung-ujung jemari kaki kami di sebuah sungai kecil yang bermuara di
hulu Sungai Batang Pane.
Irama
alam tersebut begitu memukau dan menghanyutkan keletihan serta sungai
kecil dan lumpur jalan tanah dari akses jalan Ibukota Kecamatan (Gunungtua) ke
daerah pedesaan hulu Batang Pane yang merupakan daerah 23w desa dari 76 desa
dan 1 Kelurahan yang terdapat di Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas
Utara Propinsi Sumatera Utara.
Saat itu hari telah menjelang senja, “ Bagaimana Pak, apakah kita
lanjutkan perjalanan ke desa Botung ?” tanya FT, karena di desa Botung sedang
ada kegiatan PNPM-MP. “ Kita istirahat
saja dahulu di rumah saya malam ini, besok perjalanan kita lanjutkan” jawab Pak
Parlindungan Harahap Gelar
Raja Bor-Bor (49 tahun) yang merupakan masih
keturunan Raja di daerah Luat Napa Gadung Laut (daerah Hulu Batang Pane).
“Cukup berat medannya, ya pak ?” cetus FK.
Dan sambil mengerutkan keningnya
Pak Parlindungan berdesah : “ Dahulu,
sebelum PNPM-MP masuk ke daerah Hulu Batang Pane, kami berjalan kaki selama 1
hari 1 malam untuk mendapatkan jalan akses ke Gunungtrua. Untuk mengangkut
barang/bekal kami menggunakan tenaga kuda. Hasil pertanian dan perkebunan
seperti padi, tembakau, nilam, karet dan kulit manis tidak ada harganya
karena ongkos angkut lebih mahal dari pada harga jual. Pendek kata masa depan
kami terasa sangat redup pada saat itu”.
“Apakah tidak ada bantuan bangunan dari pihak lain sebelum PNPM-MP,
kenapa bisa demikian ?", tanya FK.
“ Kami sudah letih membuat usulan sejak
dahulu, namun suara kami seperti tidak didengar. Mungkin karena perwakilan
kami belum ada di Kabupaten. Itulah sebabnya desa-desa yang ada di daerah hulu
Batang Pane sangat kompak bersaing daalam MAD-II Perankingan, karena sejak
dibangun PNPM-MP berupa Pembukaan Jalan hingga ke desa-desa paling
ujung/pelosok, Pembuatan Plat Beton, Jembatan, Rabat Beton dan Bendungan
Irigasi, sekarang kami sudah dapat memiliki sepeda motor dan bahkan sudah ada
yang memiliki kenderaan roda empat seperti Colt Disel, Hartop dan Taff untuk
mengangkut hasil pertanian dan perkebunan. Dengan kata lain dahulu asa
(harapan) kami kian meredup, tetapi dengan masuknya PNPM-MP asa kami
kembali hidup menebar harapan “ jelas
beliau dengan rasa haru.
Pernyataan Pak Parlindungan Harahap dibenarkan oleh Pak Harun Siregar
(40 tahun) yang bertugas sebagai Sekretaris Desa Losung Batu (merupakan desa
paling ujung dan berbatasan dengan daerah Sipirok Dolok Hole (Kabupaten
Tapanuli Selatan).
“Bagaimana dengan rencana PNPM-MP yang khabarnya akan ditutup pada tahun 2015 ?” tanya FT. Mereka semua terperangah heran sambil terucap :” Bah, padamlah lagi harapan kami “ sambil masing-masing mengambil langkah menuju ke surau untuk melaksanakan sholat maghrib, sedang di benak mereka penuh dengan tanda tanya “MENGAPA ???” sedangkan masyarakat pedesaan masih sangat mengharapkan kehadiran PNPM-MP.
Awal april 2013.
kok bisa pnpm tidak dlanjutkan, ongkos pembangunan yang murah meriah cuma di pnpm lho
BalasHapus